Breaking News

Kamis, 04 Mei 2017

Tindak Tutur Dengan Budaya Jawa

Budaya Jawa sangat banyak menginspirasi saya malam ini. Disaat hati dan pikiran mengambang tak tau arah.kali ini saya mencoba menulis hasil dari apa yang ada diotak saya. Akan kucoba nulis lewat hp tanpa orek orekan haha.....

Ingat kaliyan dhawuh pak guru AE, pak guru Al Fata, @Lativi Abdima dan Pak guru Masdad. Bahwa dalam sebuah blog perlu adanya penulisan kontinyu. Sak kobere.. tanpa saya tau saya mau mengetik apa nantinya, yang pasti kali ini saya akan menulis dengan Bahasa Indonesia karna bunda Mellz selalu manja untuk meminta ditranslate, juga mb Ayyu Ida ... bu ket kesayangan pak guru... pak guru mana ya kira- kira.......?????? Ahay mungkin tante Atik bisa bantu jawab,pak yahmud Efin Setya atau pk Taufiq, bu Nining....
Untuk semua temen diBGM L1..semuanya

Untuk mengingat pesan kali menulis mengalir saja dan jangan takut.karena kita masih tahap belajar. " Seng penting nulis"

Budaya Jawa mengatur tingkah laku manusia dengan adanya norma tertentu yang harus dipatuhi. Seperti yang pernah saya tulis dalam artikel lalu ada ungkapan Jawa "Ajining Diri Gumantung Saka Lathi " ( harga diri seseorang tergantung dari apa yang dikatakan) dalam masyarakat Jawa.Ungkapan tersebut mengandung maksud bahwa seaeorang perlu mempertimbangkan dan memikirkan baik -baik apa yang akan dikatakan,tidak hanya sekedar berbicara.Kata-kata yang sopan,sikap hormat,sikap santun, dan dapat menghargai orang lain merupakan sikap yang harua ditunjukkan ketika berbicara. Seperti yang dikatakan Susena(dalam Prayino, 2011:36) bahwa ada dua prinsip menghormati orang lain dan menjaga hubungan harmonis.

Kita sebagai Guru diMadrasah sudah dalam  belakang budaya pasti sadar akan tempat atau empan papan dalam berbicara. Meski demikian, pada prinsipnya mereka masih memerlukan bimbingan dan arahan Dalam bertindak memutuskan sesuatu. Berdasarkan hal tersebut, dapat dikatakan bahwa madrasah sebagai lembaga pendidikan formal berperan penting dalam upaya penanaman sikap dan karakter baik pada anak sejak dini ataupun di tingkat lanjutan.Guru, dengan demikian menjadi salah satu pihak yang perlu memberikan keteladanan kesantunan untuk siswa. Seperti dikatakan Musfah (2011:21)bahwa guru harus bisa menjadi teladan bagi siswanya, baik secara moral maupun intelektual.

Bentuk keteladan guru difokuskan pada tuturan yang digunakan.Tuturan guru yang dapat dijadikan teladan dibuktikan dengan pengucaoab dan pemakaian bahasa yang sopan, disekolah guru dan siawa berinteraksi pada saat kegiatan belajar mengajar dikelaamaupun diluar jam pelajaran.Setiap guru baik laki - laki maupun perempuan mempunyai cara yang berbeda -beda dalam memilih tuturan yang digunakan intuk berinteraksi.

Maka kita sebagai guru jangan enggan memberikan contoh berdialog dan berinteraksi dengan budaya Jawa.karena  berbahasa sehingg sangat berpengaruh dengan percakapan dan tindak tanduk kita sebagai seorang guru. Sudah sepantasny kitalah yng memberikan keteladanan didepan agar budaya jawa tidak hilang. Monggo sami sami kita nguri nguri budaya jawa.

Semoga bermanfaat.





2 komentar:

  1. aseeekkkk...... ada kolaborasi bahasa....matur sembah nuwun nggih...tengkiyu somadz uti syantiek....

    BalasHapus
  2. Maturnuwun Bu,tulisan bahasa jawa yg inspiratif

    BalasHapus

Designed Template By Blogger Templates - Powered by BeGeEm